ATM - ANGKAT TELPON MANGKAT
Profil BUKP Terbaik di DIY Lawan Pengijon dengan Sistem ATM
November 13, 2015 0
Profil BUKP Terbaik di DIY Lawan Pengijon dengan Sistem ATM

Jalanan yang  berkelok dan bergelombang, ditimpali terik surya, tak menyurutkan niat Joglosemar mengunjungi sebuah bangunan sederhana seluas 354 meter persegi, namun menyimpan potensi yang besar di dalamnya. Meskipun terlihat sederhana, namun mampu memberikan pengaruh perekonomian positif bagi masyarakat.
Kamis siang itu (Kamis 19/3-red), Joglosemar bersama jurnalis dari berbagai media berkesempatan mengenal profil sebuah Lembaga Keuangan Masyarakat (LKM), berbentuk Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) yang berada di Nanggulan X, Jatisarono, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta.
Agenda ke Nanggulan adalah rangkaian dari kegiatan edukasi mengenai lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan pada Hari Rabu (18/3), yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan Solo (OJK) bertema Edukasi Wartawan Keuangan untuk Wartawan Daerah di Yogyakarta.
Begitu tiba di lokasi, kami langsung disambut hangat oleh tuan rumah. Sebelum acara dimulai, kami tak lupa diajak untuk menikmati hidangan tradisional hasil bumi setempat. Usai menyantap berbagai sajian, Kepala BUKP Kecamatan Nanggulan, Surati, mulai membuka acara. Dalam kesempatan tersebut, dia memaparkan profil BUKP Nanggulan dengan bersemangat.
“Kinerja kami di sini tak jauh beda dengan perbankan pada umumnya. Yakni melayani penghimpunan dana dan menyalurkan kredit kepada masyarakat di sekitar Nanggulan,” ujar perempuan berkerudung putih tersebut.
Dipaparkan Surati, hingga akhir tahun 2014 BUKP Nanggulan memiliki 612 nasabah, dengan nilai dana yang  berhasil dihimpun sebanyak Rp 761,356 juta. Lalu nilai simpanan berjangka yang diraih Rp 1,177 miliar dengan jumlah deposan 199 nasabah. BUKP Nanggulan memiliki pencapaian outstanding loan (OSL) atau jumlah pemakaian dana kredit oleh debitur sebanyak Rp 2,069 miliar, dengan nilai non performing loan (NPL) atau tingkat kredit macet sebesar 4,84 persen. Serta nilai asetnya sebanyak Rp 2,928 miliar, dan laba bersih senilai Rp 214,401 juta.
“Hingga dapat mencapai kinerja tersebut memang tidak mudah, penuh suka duka. Karena kami di sini harus berhadapan langsung dengan para pengijon dan rentenir yang sangat marak di lingkungan pedesaan seperti ini,” terangnya.
Lulusan Sarjana Ekonomi tersebut menjelaskan, untuk melawan keberadaan pengijon dan rentenir, dirinya bersama kawan-kawannya telah mempunyai sejumlah jurus ampuh, yang penuh dihayatinya dengan semaksimal mungkin. Di antaranya adalah menawarkan produk keuangan yang lebih menarik, ketimbang dari yang dijanjikan oleh pengijon dan rentenir.
Misalnya, bagi masyarakat yang meminjam dana di bawah Rp 1 juta tak perlu menggunakan jaminan, sedangkan bila di atas Rp 1 juta menggunakan jaminan BPKP atau sertifikat rumah atau tanah. Sementara untuk bunga pinjamannya sendiri, jika di pengijon dan rentenir sebesar 5-10 persen per bulan, Surati hanya memberikan bunga 2 persen saja per bulan dengan lama angsuran sesuai kemampuan nasabah.
Selain itu, strategi Surati yang cukup unik untuk didengar adalah sistem ATM alias Angkat Telepon Mangkat, atau bisa disebut pula dengan sistem jemput bola. Dimana cara tersebut dinilai berhasil untuk menumpas para pengijon dan rentenir, maupun menjadi magnet masyarakat untuk kemudian beralih ke LKM.
“Dengan cara ini, lama kelamaan membuat jumlah pengijon dan rentenir berkurang. Dimana dulu ada sekitar 15 rentenir, setelah kami hadir dan menerapkan sistem ini, kini jumlah rentenir tinggal 1-2 orang saja. Bahkan, karena layanan kami yang amat memanjakan para nasabah, meskipun nasabah kami dirayu oleh BRI atau BPR, tapi mereka tetap gak mau dan bersikukuh menjadi nasabah kami,” ungkapnya riang.

Bankable
Sementara itu, ditemui dalam kesempatan yang sama, Pembina BUKP Seluruh DIY, Amir Sumarsana menuturkan, dari seluruh BUKP yang dibinanya, BUKP Kecamatan Nanggulan merupakan BUKP terbaik di wilayah DIY. Menurutnya, kinerja BUKP Nanggulan pun sudah bankable selayaknya bank umum profesional dengan branding besar.
“Alasan kami menyebutnya sebagai terbaik, karena BUKP Nanggulan memiliki nilai NPL paling rendah dari 75 BUKP di DIY. Kami cukup mengapresiasi dengan upaya SDM pimpinan BU Surati yang mengerahkan berbagi cara menekan kredit macet. Misalnya, bila ada nasabah (petani) mogok bayar, Bu Surati ini akan mendatangkan pengepul, sehingga nasabah mendapatkan uang dan uangnya lalu diserahkan ke Bu Surati untuk membayar pinjaman. Bahkan karena caranya tersebut, ada nasabah yang kalau tidak Bu Surati yang sms untuk mengingatkan, nasabah ini tidak bayar,” ceritanya.
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) DIY, Tri Mulyono menjelaskan, BUKP didirikan oleh Pemprov DIY dengan maksud mengembangkan perekonomian pedesaan, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat pedesaan dengan menyediakan dana pembangunan secara sederhana, cepat, dan murah. Keberadaan BUKP sangat membantu permodalan masyarakat bawah, bahkan membantu memerangi masyarakat dari jeratan rentenir dan pengijon.

Peta Layanan

Video View all

Gallery View all

Link Dinas